PK IMM FE UHAMKA Jakarta Timur

Minggu, 25 September 2011

Jika Tuhan Menjatuhkan Uang dan Batu

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.


                     
Pekerja itu berteriak-teriak tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada dibawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya.

Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yg sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit temannya menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.


Tuhan kadang-kadang menggunakan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya.

Seringkali Tuhan memberi berkat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Karena itu memang lebih tepat jika Tuhan menjatuhkan "batu" kepada kita.
sumber : apakabardunia.com

KONSEP MANUSIA DAN ALAM DALAM AJARAN ISLAM

Konsep alam dalam pandangan islam
         Konsep alam atau yang disebut juga pandangan dunia merupakan persoalan penting yang harus diketahui oleh seorang muslim karena dengan memahami alam tersebut seseorang akan mampu menangkap keseluruhan ajaran agama dimana alam tersebut sebagai tanda sebagai eksistensi Allah SWT. Bahkan dalam pandangan logika (seperti yang dijelaskan oleh filsafat agama), adanya alam membuktikan adanya Allah. Eksistensi Allaah sebagai pencipta baru mendapat konfirmasi bila ciptaan-Nya ada, yakni alam semesta ini, dan begitupun sebaliknya.
         Oleh karena itu dalam pandangan islam, alam adalah eksistendi yang haqq, yaitu sesuatu yang benar, yang sungguh-sungguh ada, nyata dan baik.
Surat Al-Zumar (39) ayat 5 :

      Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dengan benar”

Surat Al-Anbiya (21) ayat 16 :

“Dan kami tidaklah menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada diantara keduanya secara main-main”.

Surat Shad (38) ayat 27 :

“Dan kami tidaklah menciptakan langi dan bumi serta segala sesuatau yang ada diantara keduanya itu secara bathil”.
         Dari ayat-ayat Al-Quran diatas terlihat bahwa islam memandang alam secara positif, bukan sesuatu yang yang palsu atau hanya sebagai bayangan semata. Maka islam tidak sejalan dengan ajaran manapun yang mengatakan bahwa apapun yang dialami manusia dalam ala mini hanyalah bayangan semata.
         Islam menggaris bawahi kehidupan dunia sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaa akhirat, seperti dalam ungkapan al-Dunya mazra’at al-Akhirat(dunia adalah tempat menanam kebahagiaan akhirat). Kebahagiaan akhirat sangat ditentukan oleh amal kebajikan yang dilakukan di dunia, dan begitupun sebaliknya.
         Dalam Al-Quran kata ‘alam seakar dengan kata ‘ilm (pengetahuan) dan‘alamah (tanda). Persinggungan kata alam dengan ‘ilm (pengetahuan) ini menjelaskan bahwa kemanfaatan yang terkandung dalam alam baru bisa diperoleh bila manusia mempunyai ilmu dan teknologi. Demikian pula persinggungan kata alam dengan ‘alamah (tanda) yang menekankan bahwa alam semesta menjadi ayat-ayat (tanda-tanda) sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia. Maka siapa yang dengan bersungguh-sungguh melakukan penelitian terhadap alam dengan sikap apresiasi terhadap alam itu sendiri akan mengantarkannya kepada kenyataan bahwa alam sebagai tanda-tanda adanya Allah SWT.
Surat Ali-Imron (3) ayat 190-191 :

“Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi (jagad raya) pastilah terdapat ayat-ayat bagi mereka yang berakal budi. Yaitu mereka yang selalu ingat kepada Allah, baik pada saat berdiri, pada saat duduk, maupun pada saat berbaring dan memikirkan kejadian seluruh langit dan bumi ini (seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini secara bathil. Maha Suci Engkau. Maka lindungilah kami dari azab neraka”.

         Alam diciptakan oleh Allah lengkap dengan hukum-hukum yang mengaturnya. Matahari terbit di Barat adalah hokum yang pasti terlaksana, sebab bila perubahan terjadi akan berakibat fatal bagi kelangsungan alam semesta ini sendiri. Inilah yang disebut dengan taqdir dalam arti yang sebenarnya. Surat Al-Furqan (25) ayat 2 :

“Dan Dia (Allah) menciptakan segala sesuatu, kemudian diaturNya secara pasti sepasti-pastinya”.

         Hukum alam yang menjadi sumber dari keteraturan dan keharmonisan alam adalah hukum ciptaan Allah yang disebut dengan Sunnah Allah. Tetapi hukum alam yang satu dapat diatasi dengan hukum alam yang lain. Contoh manusia tidak bisa terbang karena tidak mempunyai sayap, namun dengan mempergunakan pesawat terbang manusia dapat mengarungi ruang angkasa. Pada upaya menemukan hukum-hukum alam ciptaan Allah itulah bermulanya gerak ilmu pengetahuan (sains).
         Dalam upaya memahami alam semesta Allah memerintahkan manusia untuk melakukan intidhar (pemeriksaan) untuk mengetahui sifat-sifat dan kelakuan alam semesta. Firman Allah dalam Surat Yunus (10) ayat 101 :

“Katakanlah wahai Muhammad : Periksalah dengan nadhar apa-apa yang ada dilangit dan dibumi”.
Makna intidhar disini bukan hanya sekedar mengamati dengan fikiran kosong, tetapi melakukan pemeriksaan, eksperimen atas fenomena-fenomena alam tersebut. Karena pada hakekatnya diartikan “membaca ayat-ayat Allah”
         Penemuan sains mengatakan bahwa wujud bumi terjadi dari hasil evolusi sekitar 4 milyar tahun dari bentuk benda yang menyala-nyala, yang terjadi sebelumnya dari merapatnya materi antar bintang-bintang. Materi yang muncul pertama sekali berbeda dengan materi antar bintang yang membentuk matahari dan bumi beserta planet-planet yang lain. Sebab materi yang menyusun bintang-bintang dalam galaxi terdiri dari molekul, nukleus, dan elektron.
         Allah menciptakan alam ini lebih rendah dari manusia. Firman Allah dalam Surat Al-Jatsiyah (45) ayat 13 :

“Dan Dia (Allah) merendahkan (sakhkhara) bagi kamu semua apa yang ada diseluruh langit dan apa yang ada dibumi, seluruhnya dari Dia. Sesungguhnya dalam ahal itu ada tanda-tanda bagi mereka yang berfikir”.

Terdapat empat hal yang dapat  ditarik dari penjelasan diatas :
  1. Manusia adalah puncak ciptaan Allah, maka seluruh alam berada dalam martabat yang lebih rendah dari pada manusia.
  2. Alam itu sendiri adalah untuk dapat dimanfaatkan oleh manusia.
  3. Manusia harus menjadikan alam itu sebagai objek kajian.
  4. Dengan membuat ala mini lebih rendah dari manusia, maka alam menjadi objek yang terbuka abagi manusia dan sikap menetukan alam lebih tinggi dari dirinya merupakan perbuatan yang melawan manusia itu sendiri.
         Apa yang sudah diobservasi dan dieksperimen pada waktu yang lalu dan yang sedang dilaksanakan saat ini hanyalah sebagian kecil saja dari fenomena alam semesta, maka dapat ditarik pemahaman. Pertama, bahwa kebenaran yang dicapai oleh ilmu pengetahuan bukanlah kebenaran mutlak, tetapi kebenaran relative dan nisbi. Dan yang kedua, dalam keseluruhan kenyataan ilmu pengetahuan yang diberikan oleh alam kepada manusia, ternyata ilmu pengetahuan manusia itu hanya sedikit saja bila dibandingkan dengan fenomena alam semesta yang luas
         Islam mengingatkan bahwa alam sebenarnya juga makhluk Allah yang sama dengan manusia. Firman Allah dalam Surat Al-An’am (6) ayat 38 :

 
“Tidak seokor pun binatang yang melata dibumi, dan tidak pula seekor pun burung yang terbang dengan sayapnya melainkan umat-umat seperti kamu juga”.
Ayat diatas pada hakekatnya sejalan dengan penegasan-penegasan Allah lainnya dalam Al-Quran yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada dalam alam ini, seluruhnya bertasbih kepada Allah sebagaimana dalam Surat Al-Isra (17) ayat 44.
         Berbagai krisis yang melanda bumi sekarang ini, seluruhnya akibat ulah tangan manusia. Maka manusia seharusnya memberlakukan alam bukan hanya semata sebagai objek eksploitasi tetapi menjadi sumber pelajaran dan ajaran. Karena dengan memperhatikan alam dan lingkungan, keberadaan dan kebesaranNya dapat ditangkap.


2.2 Konsep Islam tentang manusia
         Setiap manusia pasti ada yang menciptakannya (khalik). Menurut Ibn al-Arabi, Allah menciptakan alam dengan tujuan agar Ia dapat melihat diriNya dan memperlihatkan diriNya. Tujuan tersebut tidak akan tercapai tanpa ada manusia, karena manusia adalah roh bagi alam, dan alam adalah jasad. Alam tanpa manusia adalah seperti tubuh tanpa roh.
         Allah menciptakan manusia dari tanah, dalam Al-Quran disebutkan dengan istilah ترا ب          (al-An’am : 2; al-Hajj : 5; al-Rum : 20; Faathir : 11; al-Mu’min :67)
         Allah telah memilih zat yang sangat rendah untuk dijadikan bahan asal manusia. Ini diungkapkan Allah pada tiga istilah dalam Al-Quran, yaitu dengan ungkapan lempung tembikar  (al-Rahman/55 :14), yaitu lempung endapan yang kering. Pada ayat lain dengan ungkapan lumpur hitam  (al-Hijr/15 : 26, 28), yaitu lempung busuk. Pada ayat lain dengan ungkapan tanah  (al-Mu’minun/23 :12) yang juga berarti lempung.
         Bagaimana proses penciptaan manusia pertama secara pasti dan jelas tidak diungkapkan oleh Allah dalam Al-Quran. Maka tidak ada yang mengetahuiNya secara pasti. Al-Quran menyinggung proses reproduksi manusia secara global dalam beberapa surat secara terpencar (al-Hajj : 5; Faathir : 11; al-Zumar : 6; al-Mu’min : 67; al-Qiyaamah : 37-39), dan kemudian ayat-ayat tersebut menimbulkan berbagai penafsiran.
         Manusia dapat berada dalam keadaan yang serendah-rendahnya bagaikan tanah endapan lempung, karena dalam dirinya terdapat unsure endapan lempung. Dan manusia dapat meningkat dengan setinggi-tingginya, hal ini sesuai dengan sifat-sifat baik yang dimiliki semua manusia, dan semua manusia selalu ingin maju. Kedua sifat yang berlawanan dari manusia memungkinkannya untuk mempunyai kebebasan memilih antara dua pilihan yang kemudian akan menentukan nasibnya.
         Konsep manusia dalam Al-Quran dipahami juga sebagai berikut :
1.Basyar
   Mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung, kulit. Kata Mubasyir berarti pembawa kabar gembira. Allah memakai konsep basyar sebanyak 37 kali. Salah satunya al-Kahfi : 110  “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu”


2.Insan
   Yaitu makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah dari Allah SWT. Kata insan disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu   “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
3.Al-nas
   Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-Zumar : 27, yaitu
    “Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam Al-Quran ini setiap macam perumpamaan”. Konsep al-nas menunjukkan kepada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
4.Bani Adam
   Adam mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang mengandung pengertian basyar, insan, dan al-nas. Kata bani Adam terulang sebanyak 8 kali. Diantaranya dalam surat al-A’raf/7:26,27, dan 31

Fungsi Manusia
         
            Manusia diciptakan sebagai khalifah yaitu wakil, atau duta atau tempat pelimpahan wewenang dari Allah. Allah menugaskan pemegang dan pengemban amanah kepada semua makhluk ciptaannya (Al-Ahzab:72), hanya manusia yang secara suka rela menerima tugas mulia tersebut. Karena manusia memiliki, keyakinan dan kemampuan untuk menjadi pengemban amanah Allah dan menjaga karunia-Nya yang paling berharga, maka manusia mau menerima tugas suci tersebut.
            Dengan diterimanya tugas amanah Allah oleh manusia, berarti manusia dianugrahi kepercayaan, keberanian dan keutamaan serta kebijakan dan kekuasaan dialam semesta ini. Jadi manusia bukan sekedar khalifah Allah dibumi ini melainkan juga pemegang amanah Allah. Amanah Allah adalah kehendak bebas manusia, menemukan hukum alam, dan menguasai alam. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Adam menguasai nama-nama semuanya (Al-Baqarah:33) dan kemudian menggunakannya, dengan inisiatif moral manusia, untuk menciptakan tatanan dunia yang baik. Termasuk amanah Allah adalah berfirman dan menaati Allah serta bertanggung jawab akan nasibnya. Manusia yang memiliki keabsahan sebagai khalifah Allah adalah manusia yang beriman kepada Allah. Sebagai khalifah Allah di bumi, manusia dilengkapi Allah dengan berbagai hidayah seperti intstink, indra, agama, dan hidayah taufik.
            Selain berfungsi sebagai khalifah, manusia juga berfungsi sebagai penyampai atau penerus risalah Rasul, pengemban tugas da’wah kepada sesama umat manusia. Sebagimana firman Allah :

            Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari munkar.” (Ali-Imran:104) dan sabda Rasul:
            Fungsi manusia yang lain adalah sebagai hamba Allah. Sebagai seorang hamba, manusia harus tunduk, patuh dan ta’at kepada Allah. Sebagai seorang hamba Allah, ia bertugas mengabdi atau menghambakan dirinya kepada Allah, yaitu dengan menyembah kepada Allah.

            Dan Aku tidak  menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku” ( Al-Dzaariyaat : 56 ).
Manusia sebagai hamba Allah, manusia tdak pantas menhambakan diri kepada apapun dan siapapun juga selain Allah. Manusia yang menghambakan diri pada sesuatu selain Allah, berarti menyekutukannya, dan juga berarti merendahkan dirinya dihadapan makhluk lain. Manusia yang hanya mengabdi kepada Allah berarti tidak akan menghambakan dirinya kepada sesama makhluk. Manusia sebagai hamba Allah, memiliki karakter ingin melaksanakan penyembahan. Penyembahan itu ada persamaan dengan adanya kehidupan manusia dibumi. Dengan kata lain manusia punya dorongan atau keinginan untuk menyembah Tuhan.

“Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang – orang yang sebelum mu, agar kamu bertakwa” ( Al-Baqarah : 21).
Dengan demikian, beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi atau tugas manusia teerhadap Allah baik ibadah dalam bentuk umum maupun dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk khusus, seperti mencari nafkah, belajar, berdagang, mengajar, berpolitik, dsb. Sedangkan ibadah dalam bentuk khusus yaitu berbagai macam pengabdian dan ketaatan kepada Allah yang cara dan ketentuan melakukannya sesuia dengan ketentuan syara.
            Agama yang dapat membantu manusia melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi-fungsinya itu adalah agama Islam. Agama Islam dikatakan agama dua dimensional karena dapat dibuktikan dengan memperhatikan unsure-unsur yang ada pada agama tersebut. Unsu-unsur itu adalah Tuhan, Kitab Suci dan Nabi atau Rasul.
            Kitab suci al-Qur’an adalah kitab yang mengandung dua dimensi, yaitu satu dimensi kitab tersebut berisikan ketentuan-ketentuan social, politik dan militer dan pada dimensi lain Kitab tersebut berisikan petunjuk tentang cara bagaimana memperhalus jiwa, mensucikan batin serta menyempurnakan akhlak manusia.
            Nabi umat Islam adalah nabi Muhammad SAW juga dua dimensional, yang bagi manusia biasa kedua dimensi ini dapat menjadi aspek-aspek yang berlawanan, tetapi dalam diri Nabi Muhammad terjalin menjadi satu paduan semangat. Pada diri Muhammad terwujud perpaduan sempurna antara ubudiyah dan khilafah, sehingga dia adalah manusia sempurna yang paling sempurna. Kesempurnaan Muhammad dinyatakan dalam bagian kedua syahadat yang lengkap, Muhammad adalah hamba dan Rasul (utusan)-Nya.

Tujuan Hidup
            Tujuan hidup manusia adalah bertemu (liqo’) dengan Allah SWT. Karena tujuan hidup manusia adalah Allah, maka arti dan makna hidup ditemukan dalam usaha manusia bertemu dan mencari wajah Allah dengan harapan memperoleh ridha Allah. Keridhaan Allah itu menimbulkan kepuasan bagi manusia. Apabila manusia sudah mendapatkan kepuasan, dengan sendirinya akan menemukan kebahagiaan. Agar tujuan itu tercapai, haruslah segala aktifitas manusia dalam hidupnya mengacu dan atau sesuai dengan petunjuk dan aturan Allah.
               Tujuan hidup manusia yang disebutkan diatas adalah tujuan hidup manusia secara vertikal. Sedangkan tujuan hidup manuasia secara horizontal adalah rahmat bagi segenap alam, dalam al-Qur’an disebutkan:  tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Rahmat bagi semesta alam adalah karunia, kasih dan bermanfaat bagi semesta alam, yaitu diri sendiri, orang lain dan alam lingkungannya. Jadi tujuan hidup manusia secara horizontal bukan jadi bencana dan mala petaka bagi semesta alam tetapi menjadi ketenangan dan kebahagiaan bagi dirinya, orang lain dan lingkungan sekitarnya didunia.
Untuk mencapai kebahagiaan ada dua cara yang harus ditempuh manusia:
1.      Manusia harus menjalankan syari’at
Syari’at adalah perwujudan kehendak Allah, karena melalui syari’atlah manusia mengetahui bagaimana seharusnya ia berhubungan dengan Allah Yang Maha Pencipta yang telah menciptakannya dan bagaimana seharusnya ia berhubungan dengan sesama manusia di atas dunia ini
2.      Manusia tidak hanya dituntut memiliki ilmu dan pengetahuan serta menguasai teknologi semata tetapi harus diimbangi dengan keimananyang tebal dan kuat
Dengan iman, ilmu pengetahuan dan teknologi digunakan sebagai alat untuk bermanfaat bagi manusia. Dengan kata lain, imanlah yang mengendalikan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia berhasil guna dan tepat guna. Iman menerangi hati manusia dan membimbingnya kea rah kebenaran serta memberikan harapan akan hasil-hasil yang baik dari suatu amal perbuatan yang baik. Iman memberikan kebahagiaan jiwa dan rohani dalam diri manusia karena iman berfungsi memperbaiki hubungan-hubungan sosial seperti saling menghargai, menghormati dan mengasihi.

Sabtu, 24 September 2011

PK IMM FE UHAMKA Jakarta Timur di Lantik


Sabtu, 13 Agustus 2011, PK IMM FE UHAMKA Jakarta Timur mengadakan pelantikan pengurus periode 2011-2012. Pelantikan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan pelantikan PK IMM FKIP UHAMKA Jakarta Timur yang diselenggarakan di auditorium FKIP.
               Kegiatan tersebut diawali pembacaan kalam ilahi, yang kemudian dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia raya, mars muhammadiyah, dan mars imm. Lalu dilanjutkan laporan ketua pelaksana yang dipanel oleh IMMawan sugeng, serta sambutan-sambutan dari ketua umum terpilih baik dari PK IMM FKIP dan PK IMM FE. Acara yang dibuka oleh kakanda IMMawan Salman Ahmad Ridwan selaku ketua umum PC IMM Jakarta Timur berlangsung khidmat. Acara inti bermula dari serah terima jabatan dari ketua umum periode 2010-2011 kepada ketua umum periode 2011-2012. Ketua umum periode 2011-2012 ini merupakan ketua umum terpilih pada saat Musyawarah Komisariat (MUSYKOM). Dimana ketua umum yang terpilih PK IMM FE UHAMKA Jaktim yaitu IMMawan Ahmad Rasyid Muhadi, dan dari PK IMM FKIP IMMawan Jihan Pandu.
Kekhidmatan acara lebih terasa ketika sesi pembacaan Surat Keputusan dan pembacaan ikrar pengurus, dimana tiap pengurus berkomitmen untuk membawa pimpinan komisariat ke yang lebih baik, sehingga mahasiswa maupun masyarakat dapat merasakan serta menikmati keeksistensian IMM.
               Acara pelantikan ini sekaligus sebagai ajang silaturahmi antara PK IMM FE dan PK IMM FKIP, mengingat tidak sedikit antara pengurus yang tidak saling mengenal meskipun letak kampus FE dan FKIP berdekatan. Oleh karena itu diharapkan pelantikan dan buka puasa bersama ini dapat menjadi momentum awal persahabatan yang erat agar PK IMM FE dan FKIP dapat bekerja sama memajukan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.(dzah)
BENARKAH TUHAN ITU ADA ?


Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
Benarkah Tuhan itu ada ?
Jawaban atas pertanyaan seperti ini diperkirakan telah ada dan setua umurnya dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Betapa tidak, fakta mengatakan kepada kta bahwa manusia dari jaman kejamannya memilki Naturaliter Religiosa atau instink untuk beragama, dalam kondisi gawat yang mengancam eksistensinya misalnya terhempas ombak di tengah samudra, sementara pertolongan hampir mustahil diharapkan, hati manusia akan menyuruh untuk mengharapkan suatu keajaiban, demikian juga ketika seseorang sedang dihadapkan pada persoalan yang sulit, sementara pendapat dari manusia lainnya berbeda-beda, ia akan mengharapkan petunjuk yang jelas yang bisa dipegangnya.
Bila manusia tersebut menemukan seseorang yang bisa dipercayainya, maka dalam kondisi dilematis ini ia cenderung merujuk pada tokoh idolanya itu dan secara umum setiap manusia cenderung mencari sesembahan. Baik sesembahan itu berupa dewa laut, dewa petir, jimat pusaka atau bahkan pohon-pohon besar tertentu yang dianggap mampu melindunginya.
Ini semua memberikan gambaran bagi kita bahwa sejak dulu, manusia sudah mempercayai akan keberadaan alam lain yang tidak kasat mata dan dapat memberikan pengaruh terhadap dunia manusia yang nyata. Hanya saja cara dan pemahaman mereka terhadap alam lain itu berbeda satu dengan yang lain, namun secara umum kita bisa menyimpulkan bahwa manusia meyakini akan keberadaan Kekuatan yang lebih Berkuasa diatas manusia. Hal ini digambarkan juga oleh al-Quran :
Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdo'a kepada Kami
sambil berbaring, duduk atau berdiri Qs. 10 Yunus : 12
Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka : "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah" !
- Qs. 39 Az-Zumar : 38
Pada masa lalu, keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sering membuat mereka cepat lari pada sesembahan yang mereka yakini; setiap ada fenomena alam yang tak bisa mereka mengerti misalnya saat ada petir, gerhana matahari atau gempa bumi atas yang lainnya sebagaimana ilustrasi yang diceritakan oleh al-Quran terhadap pencarian jati diri Tuhan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. :
Maka ketika malam menjadi gelap dan ia melihat sebuah bintang, ia berkata: Apakah ini Tuhanku ? Tetapi ketika bintang itu hilang, ia berkata : Aku tidak suka kepada yang bisa menghilang !
Saat ia melihat kemunculan bulan, berkatalah dirinya : Apakah ini Tuhanku ? Namun ketika bulan itu kembali hilang, dia berseru : Sungguh, Jika aku tidak dipimpin oleh Tuhanku, maka pasti aku termasuk dalam kaum yang tersesat
Saat ia melihat matahari terbit, berkatalah ia : Inikah Tuhanku ? Dia ini lebih besar ! - Namun ketika matahari itu terbenam, ia berkata : Hai kaumku, sungguh aku berlepas diri dari apa yang telah kamu persekutukan! Sungguh aku hadapkan diriku kepada Yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan aku tidak termasuk dari orang-orang yang menyekutukan-Nya ! - Qs. 6 al-an-am : 76 - 79
Bahkan dijaman Nabi Muhammad sendiri masih ada orang yang menghubungkan kematian seseorang dengan fenomena alam seperti saat Ibrahim, salah seorang putera dari Nabi meninggal dunia:
Dari Mughirah bin Syubah, katanya : Terjadi gerhana matahari dimasa Rasulullah Saw, bertepatan dengan hari wafatnya Ibrahim (putera Nabi). Orang banyak lalu berseru : Terjadi gerhana karena meninggalnya Ibrahim! Rasulullah Saw lalu bersabda : Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan terjadi bukan karena mati atau hidupnya seseorang, jika kamu melihatnya sholatlah dan berdoalah kepada Tuhan - Hadis Riwayat Bukhari
Secara bertahap kemajuan ilmu pengetahuan alam kemudian mampu mengungkap cara kerja alam dan sampailah manusia pada suatu pemikiran, bahwa pasti ada sesuatu yang di belakang itu semua, sesuatu yang berada di belakang dewa petir, dewa laut atau dewa matahari, sesuatu yang di belakang semua hukum alam, sesuatu yang disebut Tuhan yang pernah didakwahkan oleh para Nabi.
Tidak terlihatnya Tuhan bukan berarti Dia tidak ada. Berapa banyak hal yang tidak dapat kita lihat tetapi benda itu ada. Contoh yang paling sering digunakan adalah udara yang kita hirup untuk kelangsungan hidup kita, tidak bisa melihatnya tetapi kita bisa merasakannya, bahkan Ruh yang menjadi esensi kehidupan kita, tidak dapat terlihat dan tidak bisa dimengerti hakekatnya namun kita yakini keberadaannya.; contoh lain yang akhir-akhir ini marak diberbagai acara televisi di Indonesia menyangkut penampakan makhluk halus yang secara lahiriah tidak bisa dilihat dengan kasat mata tetapi ia ada dan bisa dibuktikan melalui cara-cara tertentu termasuk misalnya dengan uji nyali.
Memang tidak ada metode ilmiah yang benar-benar dapat membuktikan eksistensi Tuhan secara mutlak sampai mampu menggambarkan sosok Tuhan yang sesungguhnya, manusia hanya bisa mengambil perwujudan Tuhan dalam sosok berhala yang tidak berbeda jauh dengan dirinya sendiri, ada manusia menggambarkan Tuhan dengan wujud manusia tersalibkan bernama Yesus, ada juga manusia yang mengambil rupa seorang pangeran Magadha yang berdiam dibawah pohon pippala bernama Budha, dan bahkan ada yang mengambil rupa api sebagai wujud Tuhan seperti yang ada pada kerajaan Persi dimasa lalu.
Karena itu, Ibnu Arabi, seorang sufi Andalusia termasyur ± 8 abad yang lalu memahami seluruh alam semesta, termasuk manusia ini sebagai penampakan diri (tajalli) dari Tuhan dan dengan demikian segala sesuatu dan segala peristiwa dialam ini adalah entifikasi (wujud keberadaan) Tuhan[1].
Menurutnya, gambar dalam sebuah cermin meskipun ada dan kelihatan, bagaimanapun juga hanyalah sebuah ilusi atau bayangan dari subjek yang bercermin. Dan ketika sang subjek menggunakan ribuan cermin, maka bayangan sang subjek akan menjadi banyak, padahal dia hanyalah satu. Dalam cermin jagad raya inilah Tuhan menampakkan eksistensi-Nya.
Maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah
Qs. 2 al-Baqarah : 115
Oleh karena itu, untuk melihat diri Tuhan, kita harus pandai membaca alam semesta, kita harus pintar mengenal diri dan lingkungan kita.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal - Qs. 3 ali Imran : 190
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari atmosfir berupa air lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang diedarkan antara atmosfir dan bumi; sungguh menjadi tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan. - Qs. 2 al-Baqarah : 164
TUHAN, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya - Perjanjian Lama, Yesaya 42 : 5
Karena itu juga maka adalah suatu pengulangan kebodohan umat dimasa lalu apabila kita yang sudah mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi komputerisasi ini masih mengambil simbol-simbol tertentu dari alam semesta dan isinya ini sebagai perwujudan dari Tuhan.
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi; Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya - Perjanjian Lama, Ulangan 5 : 8-9
[1] Dr. Kautsar Azhari Noer, Ibn Al-Arabi : Wahdat al-Wujud dalam Perdebatan, Penerbit Paramadina, Jakarta, 1995, hal. 88-89.
Wassalam,
Sumber : Armansyah